VITAMIN
A
Vitamin yang pertama kali
ditemukan dari semua vitamin yang ada adalah vitamin A. Walaupun baru pada
tahun 1928 dikenalkan nama vitamin A yang perkusornya adalah karoten(pigmen
kuning tumbuh-tumbuhan) , tetapi sebenarnya sejarah membuktikan bahwa vitamin
ini ditemukan sejak 100 tahun SM oleh
dokter di Cina dan Mesir yang menemukan
penyembuhan buta senja dengan menggunakan hati sapi yang dioleskan pada mata. Seiring
kemajuan zaman, banyak dilakukaan penelitian mengenai kekurangan vitamin A yang
tidak hanya mengakibatkan buta saja tetapi juga berdampak buruk terhadap
kesehatan dan perkembangan anak. Disamping itu , sepuluh tahun terakhir berdasarkan penelitian-penelitan yang dikutip
oleh submit (1991), menunjukkan kemungkinan hubungan antara beta-karoten dan
vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung coroner dan
kanker. Hal ini berkaitan karena fungsi beta-karotin dan vitamin A sebagai
antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem perlawanan
tubuh terhadap mikroorganisme atau proses merusak lainnya. Oleh sebab itu, dewasa
ini para ilmuan sangat gencar meneliti mekanisme vitamin A dalam pencegahan
kanker dan penyakit jantung.
Dilihat dari sifat
kimianya, vitamin A adalah suatu Kristal alkohol berwarna kuning yang larut lemak sehingga arbsobsinya
membutuhkan cairan empedu dan pancreas. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi
dalam beberapa bentuk ikatan kimiaa aktif, yakni : retinol, retinal, dan asam
asam retinoat. Retinol bila dioksidasi akan menjadi retinal dan retinal bisa direduksi
jadi retinol . Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retionat. Hal
ini lah yang terus terjadi di dalam tubuh kita.
Gambar
1. Struktur kimia 3 bentuk vitamin A dan beta karoten
Kita dapat melihat absorbsi,
tranfortasi dan metabolisme Vitamin A di dalam tubuh. Makanan yang kita makan mengandung Vitamin A
yang sebagian besar berbentuk ester
retinil dan beta karoten yang kemudian di dalam lambung akan bercampur dengan
lipida lain. Di dalam sel mukosa usus halus bentuk ester retinil di ombak oleh
enzim pancreas menjadi retinol agar lebih mudah diabsorbsi. Retinol ini
bereaksi dengan asam lemak dam membentk ester dan menyebrangi sel vili dinding
usus halus dengan bantuan cairan empeedu kemudian diangkut oleh kilomikron
melalui system limf ke dalam aliran darah menuju hati. Di hati ini lah tempat
penyimpanan Vitamin A di dalam tubuh. Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilitasi
dari hati dalam bentuk retinol menuju sel yang membutuhkan seperti dalam sel
mata(sebagai retinal) dan di dalam sel epitel (sebagai asam retinoat). Di sisi
lain, hanya sepetiga dari semua karatenoid dalam makanan yang akan diubah
menjadi vitamin A, sedangkan selebinya diabsorbi langsung ke dalam peredaran
darah berbentuk karoten dengan bantuan lipoprotein. Karatenoid ini disimpan
dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal.
Banyak sumber vitamin A
yang sering kita temui, baik itu dalam bentuk pangan hewani maupun pangan nabati.
Bentuk aktiv vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani seperti hati, kuning
telur, susu, dan mentega. Sedangkan pada pangan nabati mengandung karatenoid
yang merupakan prekusor (provitamin) vitamin A. Dari beratus karatenoid , hanya
dalam bentuk alfa, beta, gama, dan kripstosantin yang merupakan bentuk
provitamin A paling aktiv. Karatenoid ini terdapat dalam kloroplas tanaman dan
berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan klorofil,
sehingga karatenoid banyak terdapat dalam
sayuran berwarna hijau. Selain itu karotenoid berbentuk karoten (pigmen
kuning tumbuhan) juga terdapat dalam buah-buahan berwarna kuning-jingga,
seperti wortel, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka dan jeruk.
Konsumi Vitamin A sesuai
dengan angka kecukupan yang dianjurkan memang sangat menguntungkan bagi tubuh kita. Banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari vitamin A ini, diantaranya dalam pengelihatan , pertahanan
tubuh terhadap infeksi, pendiferensiasi sel, serta pertumbuhan dan perkembangan.
Di dalam proses melihat,
vitamin A dalam darah yang berbentuk retinol akan siap dialirkan ke sel mata
kemudian dioksidasi menjadi retinal. Retinal ini akan mengikat protein opsin
dan siap membentuk pigmen peneglihatan merah-ungu/ rodopsin. Bila ada cahaya
mengenai retina, pigmen ini berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari
opsin sehingga terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat menuju otak dan
menghasilkan bayangan. Sebagian besar retinol akan diubah lagi menjaadi retinal
dan kembali mengikat opsin, begitulah seterusnya. Dalam hal ini, sebagian retinol
akan hilang dan harus diganti oleh
retinol di dalam darah. Oleh sebab itu, jumlah retinol yang tersedia dalam darah
menentukan kecepatan pembentukkan kembali rodopsin, dimana ia merupakan
reseptor pengelihatan di retina. Dalam hal ini sangat jelas membuktikan bahwa
apabila asupan seseorang terhadap Vitamin A tidak cukup, kandungan retinol di
dalam darah pun menurun kemudian retina tak mampu menghsilkan pigmen
pengelihatan rodopsin sehingga menimbulkan gangguan yaitu ketidaakmampuan menyesuaikan
pengelihatan setelaah terkena cahaya terang bila kemudian dihadapkan ke daaerah
remang-remang cahaya atau yang sering disebut buta senja.
Segala sesuatu yang masuk
ke tubuh kita baik itu melalui apa yang kita konsumsi, pernafasan atau yang lainnya
, akan dikenali sebagai produk asing bagi tubuh. Tubuh secara selektif akan
memilah-milah produk yang bermanfaat bagi tubuh dan produk yang dapat
membahayakan tubuh. Di sini tubuh akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh
untuk menlawan produk yang membahayakan ini. Dengan mengkonsumsi Vitamin A yang
cukup maka retinol akan tersedia di dalam darah sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B
untuk meningkatkan respond antibodi yang bergantung pada sel-T. Bila sistem kekebalan tubuh ini menurun
diakibaatkaan oleh defisiensi vitamin A maka tubuh mudah terserang infeksi. Oleh
sebab itu, Vitamin A diberi julukan vitamin anti-infeksi. Di samping itu, sering ditemukan bahwa defisiensi
vitamin A pada anak-anak cenderung menimbulkan komplikasi campak yang berakibat
kematian.
Diferensiasi sel sangat erat kaitannya dengan
sel-sel epitel karena secara nyata sel-sel epitel khusus terutama sel-sel
goblet,memiliki kemampuan untuk merubah sifat dan fungsinya semula. Sel-sel goblet ini merupakan sel kelenjar yang
akan mensintesis mukus /lender yang melindungi sel-sel epitel dari serangan
mikrorganisme berbahaya. Sel-sel kelenjar ini akan menjalankan fungsinya dengan
baik apabila asam retinoat tersedia karena asam retinoat ini memengang peran
aktiv dalam aktivitas sel, salah satunya diferensiasi. Di sisi lain, kekurangan
vitamin A akan menghalangi fungsi sel mengeluaarkan mukus sehingga sel-sel
epitel bersisik dan kering (karatinasi). Efek ini dapat dilihat dengan jelas pada
mata, terjadi kekeringan pada selaput
kornea karna kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata dan pelepasan
sel-sel epitel kornea kemudian berakibat pada xerosis konjungtiva, Bitot’s spot(bercak putih keabuan pada
konjungtiva) kemudian dapat mengarah pada xerosis kornea dan berakhir pada karatomalasia
(kornea menjadi lunak dan pecah).
Gambar 2. Ganguan defisiensi vitamin A pada mata
Asam retionat berpengaruh
pada terhadap sisntesis protein, berarti juga berperan terhadap pertumbuhan
sel. Olek sebab itu, vitamin A sangat dibutukan
untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi sehingga apabila terjadi defisiensi vitamin A akan
mengakibatkan pertumbuhan tulang terhambat dan betuk tulang tidak normal serta
gigi mudah rusak diakibatkan aktivitas atrofi sel-sel yang membentuk dentin.
Bertitik tolak dari semua
kejadian di atas, banyak gangguan yang dapat terjadi apabila asupan vitamin A
pada tubuh kita tidak sesuai dengan angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan. Gangguan-gangguan
ini baik diakibatkan oleh kelebihan vitamin A atupun defisiensi vitamin A. Gangguan akibat kelebihan vitamin A tidak
terjadi bila tidak memakan vitamin A sebagai suplemen dalam takaran berlebihan.
Di smping itu, defisiensi Vitamin A tidak akan terjadi apabila kita menerapkan
pola gizi seimbang dalam kehidupaan kita.
Referensi
Almatsier, S. 2006.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.
Bates CJ: Vitamin A. Lancet 345:31,
1995.
http://www.uveitissociety.org/pages/diseases/ocp.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar